Jumat, 19 Juni 2020

Cerita Lucu | Menawar Harga Barang di Mall




Pada beberapa tahun akhir 1979, di Kalimantan Barat belumlah ada pasar swalayannya. Semua cuma pasar tradisionil, yang jika tidak pintar menawar, karena itu kita akan terkena makan oleh beberapa pedagang yang ambil keuntungan besar.

Contohnya ini, contohnya harga yang diletakkan oleh penjual itu ialah Rp. 250.000 per helai celana panjang. Kita tawar saja Rp. 60.000 untuk satu helai celana itu. Karena itu sesudah lewat proses tawar-menawar yang panjang, susah, ditambah jurus ngeles seakan-akan ingin pergi, karena itu pada akhirnya celana itu dapat didapat pada harga Rp. 85.000 saja.

Di waktu itu di wilayah kami ada seorang yang namanya Kedong, yang namanya biasa dipersingkat dengan panggilan ‘Dong' saja. Ia ialah seorang pemborong yang lumayan besar, cukup mata keranjang, serta isterinya banyak serta anaknya banyak juga.

Satu waktu ia pergi ke Jakarta untuk jalanan sekalian cari spare part beberapa alat beratnya. Mereka berdua gowes ke satu supermarket yang benar-benar ramai di Jakarta Pusat. Pak Kedong benar-benar suka lihat supermarket yang demikian besar, bersih, rapi, barang yang dipasarkan beragam dan langkah memajangnya yang artistic. Ia juga menyenangi gadis-gadis muda penjaganya yang umumnya cantik serta ramping.

Satu waktu ia lihat seorang gadis yang menurut dia paling cantik antara beberapa penjaga itu, gadis itu jaga satu booth baju bermerek. Karakter mata keranjang Pak Kedong juga kambuh. Ia menyengaja merapat kesana serta melihat-lihat baju di dekat gadis itu. Rupanya harga memang lumayan mahal, tapi masih dapat dijangkau oleh kantong pak Kedong.

Perihal Mencari Situs Bola Online Dipercaya

"Celana ini, bisa tidak harga demikian saja?" Bertanya Pak Kedong sekalian memberikan satu celana yang harga beberapa ratus ribu rupiah. Ia menawarnya seperti langkah menawar di pasar tradisionil di Kalimantan Barat.

Si gadis itu juga tersenyum dengar langkah pak kedong menawar celana itu. "Mana bisa ditawar begitu, Dong. Disinikan harga cocok." Jelas si gadis itu ramah.

"Tetapi saya akan membeli banyak jika masih dapat kurang." Hebat pak Kedong masih nekat menawar.

"Sedikit atau banyak, itu masih harga cocok, Dong. Tidak dapat dikurangi." Hebat si gadis masih berupaya menerangkannya dengan sabar.

"Ooh," Desah pak Kedong menyerah. 

Lalu ia pilih beberapa celana serta pakaian, sesudah hitung keseluruhan harga dalam hati, pak Kedong lalu keluarkan beberapa uang dari dompetnya untuk harga barang itu serta menyerahkannya pada gadis penjaga booth.

"Aduh, Maaf. Bayarnya tidak dengan saya, Dong. Tuch dengan kasir yang disana itu."

"Yang mana?

"Yang di bawah tangga naik." Hebat si gadis itu menunjuk mengarah kasir, sekalian tersenyum.

Pak Kedong juga lalu ajak kawannya ke arah kasir Mall, tetapi sekalian berjalan ia membisikan kawannya, "Dari Menai ya tahu nama saya, Deh?" (Darimanakah dia paham nama saya, ya?) tuturnya dalam Bahasa wilayah, penuh rasa bangga sebab menganggap diketahui orang dimana saja. Kawannya juga cuma diam saja, sebab menganggap akan kebenaran beberapa kata pak Kedong.

Walau sebenarnya itu benar-benar tidak ada hubungannya orang mengenal atau mungkin tidak. Sebab panggilan ‘dong. Dong', ialah rutinitas di Jakarta untuk menegur seseorang. Cuma kebetulan saja nama pak Kedong nya usaian ‘Dong' serta di wilayah kami ia telah terlatih di panggil ‘Dong' .